IDENTIFIKASI
ALDEHID DAN KETON
Senin, 15
Oktober 2012
I.
Tujuan
1. Mempelajari reaksi kimia
aldehid dan keton.
2. Mengetahui
identifikasi secara kimia senyawa golongan aldehida dan keton.
II.
Dasar Teori
Aldehid dan
keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil (C =
O). Rumus umum struktur aldehid dan keton seperti tertulis dibawah ini dengan R
adalah alkyl atau aril
O
O
║
║
R-C-H
R-C-R
suatu aldehid
suatu keton
(Fessenden dan Fessenden, 1990).
Banyak aldehid
dan keton mempunyai bau khas yang membedakannya. Umumnya aldehid berbau
merangsang dan keton berbau harum. Misalnya, transinamaldehida adalah komponen
utama minyak kayu manis dan enantiomer–enantiomer karbon yang menimbulkan bau
jintan dan tumbuhan permen (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Sifat fisis
dari aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon Sp2
yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah
ikatan pi. Ikatan–ikatan sigma gugus karbonil terletak dalam suatu bidang
dengan sudut ikatan kira-kira 120oC di sekitar karbon Sp2.
Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang
ikatan-ikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan
elektron-elektron dalam ikatan sigma dan terutama elektron-elektron dalam
ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus
karbonil mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Semua sifat-sifat struktural
ini kedataran, ikatan pi, polaritas dan adanya elektron menyendiri,
mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil (Fessenden dan Fessenden,
1990).
Aldehid dan
keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul, karena tidak ada gugus
hidroksil dan dengan demikian titik didihnya menjadi lebih rendah dari alkohol
padanannya. Tetapi aldehid dan keton tarik menarik melalui interaksi antara
polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi lebih tinggi dibanding alkana
padanannya (Wilbraham, 1992).
Ciri polar
gugus karbonil memberikan petunjuk untuk mengerti sifat kimia senyawa karbonil.
Atom karbon gugus karbonil adalah ujung positif dipol dan atom oksigen adalah
ujung negatif. Nukleofil mengadisi pada atom karbon karbonil, dan elektrofil
mengadisi pada atom oksigen karbonil (Pine, 1988).
Formaldehida,
suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40 % dalam air dinamakan
formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehida
juga digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer dari formaldehida, yang
disebut para formaldehida, juga digunakan sebagai antiseptic dan insektisida
(Petrucci, 1999).
Aldehid dan
keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar. Anggota
deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan aseton yang bersifat
larut dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat netral, suku-suku
dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak, tetapi yang
mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga dan di dalam
industri wangi-wangian (Riawan, 1989).
Aldehid dan
keton bersifat netral. Siku-siku yang rendah larut dalam air dan pelarut
organik. Siku yang lebih dari 4c akan tidak larut dalam air. Aldehid-aldehid
yang rendah seperti formaldehida dan asetaldehida berbau tidak sedap dan
menyengat. Sedangkan aldehid yang berantai panjang dalam larutan encer baunya
seperti bunga (Riawan, 1989).
III.
Alat dan Bahan
A. Iodoform
1.
Alat
-
Gelas Beaer
-
Kertas saring
-
Corong
-
Timbangan analitik
2. Bahan
-
KI
-
NaOCl 5%
-
Aseton
-
Alkohol
B. Tes Benedict
1. Alat
-
Tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
Beaker glass
-
Penanggas air
2.
Bahan
-
Formaldehid
-
Aseton
-
Benzaldehid
-
Pereaksi Benedict
-
Batu es
IV.
Prosedur Kerja
A. Iodoform
1.
Dilarutkan
6 g KI dalam 100 ml air didalam gelas beaker, kemudian ditambahkan 2 ml aseton.
2.
Ditambahkan
pelan-pelan, sambil diaduk NaOCl 5% sampai terbentuk endapan iodoform.
3.
Didiamkan
campuran selama 10 menit, kemudian disaring. Kristal yang diperoleh dicuci 2-3
kali.
4.
Dilakukan rekristalisasi
dengan cra sbb :
Ditempatkan kristal didalam
beaker dan ditambahkan sedikit demi sedikit alkohol sambil di panaskan sampai
iodoform larut. Disaring larutan yang masih panas kedalam gelas beaker dan
didinginkan. Kristal yang terbentuk disaring dan dikeringkan. Ditimbang berat
kristal yang dihasilkan.
B.
Tes Benedict
1.
Ditempatkan
masing-masing 10 tetes formaldehida, benzaldehida, dan aseton ke dalam 3 tabung
reaksi yang bersih dan kering.
2.
Ditambahkan
2 ml (40 tetes) pereaksi benedict ke dalam setiap tabung reaksi.
3.
Dikocok
setiap tabung reaksi dan kemudian dipanaskan tabung reaksi ( di atas 90oC)
didalam beaker yang berisi air selama 10 menit.
4.
Didinginkan
tabung reaksi dan diamati yang terjadi.
V.
Hasil Pengamatan
A.
Iodoform
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
|
Dicampurkan dan diaduk 6 gram KI + 100 ml air + 2 ml
aseton + NaOCl 5%
Didiamkan 10 menit
Disaring kristal kemudian dicuci
2-3 kali dengan aquades
Berat kristal yang didapatkan
|
Warna larutan kuning susu
Terdapat 2 lapisan di atas bening dibawah endapan
kuning.
Warna kristal kuning
0,23 gram
|
B.
Uji Benedict
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
10 tetes Formaldehida + 2 ml
Benedict
10 tetes Aseton+ 2 ml Benedict
10 tetes Benzaldehida + 2 ml
Benedict
|
Larutan Biru, endapan putih
kemerahan
Larutan terpisah menjadi 2,
pembatas putih kabut
Larutan terpisah menjadi 2,
pembatas bening
|
VI.
Pembahasan
Iodoform
merupakan salah satu halofrom yang berbentuk kristal bewarna kuning, dan
sedikit larut dalam air. Secara umum haloform dibuat dari suatu senyawa metil
keton/ metil aldehida atau dari senyawa yang bila teroksidasi menghasilkan
senyawa tersebut. Pada pencampuran KI, aseton dan NaOCl terbentuk metil keton/
metil aldehida.
Reaksi
iodoform yaitu suatu reaksi yang spesifik terhadap senyawayang mengandung gugus metil keton. Gugus metil
dari suatu metil keton diiodinasi dalam suasana basa sampai terbentuk Iodoform (CHI3) padat berwarna kuning.Gugus
metil keton yang dipakai dalam percobaan ini adalah aseton,yang akan
direaksikan dengan iodium suasana basa menghasilkan Iodoform. Dan selanjutnya dilakukan proses rekristalisasi. Penambahan NaOCl harus tepat karena jika
terlalu sedikit, suasananya menjadi kurang basa dan akibatnya kristal yang
terbentuk sedikit. Sedangkan jika terlalu banyak atau berlebih iodoform dapat larut dalam NaOCl.
Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat dimana dalam
keadaan panas larut dalam suatu pelarut tertentu, tetapi dalam keadaan dingin
atau pada suhu kamar, zat atau kristalnya akan terjadi. Cara rekristalisasi
dengan memanaskan pelarut tertentu yang sesuai (dalam hal ini alkohol
panas). Alkohol ± 50 ml dipanaskan
di atas hot plate. Dimasukkan kristal iodoform yang sudah disaring tersebutke
dalam erlenmeyer, yang kemudian dilarutkan ke dalam alkohol panas.
Alkohol panas tersebut dimasukkan ke dalam beaker lain
yang sudah berisi kristal iodoform, penambahannya dilakukan sedikit demi
sedikitsampai kristal iodoformnya tepat larut. Jika alkohol ditambahkan
berlebih maka kristal iodoform yang larut saat panas nantinya akan sulit
mengendap atau mengkristal kembali.Setelah itu dinginkan, lalu menambahkan air
dan segera disaringdengan corong. Hasil kristalnya yang terbentuk dikeringkan,
setelah kering hasilnya ditimbang. Diperoleh berat kristal iodoform sebesar
0,23 gram.
Pada uji benedict ini
bertujuan untuk mengetahui reaksi pada aldehid dan keton dengan direaksikan
dengan benedict. Larutan yang akan di uji dengan benedict adalah formaldehid,
aseton dan benzaldehida.
Langkah pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan 3 buah tabung reaksi masing-masing diisi 5 ml benedict
berwarna biru, kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan formaldehida,
aseton dan benzaldehida. Kemudian ditempatkan dalam penangas air yang bertujuan
untuk mempercepat terjadinya reaksi. Hasil yang diperoleh adalah formaldehid
bereaksi dengan benedict dengan bercampurnya larutan tersebut dan terbentuk
endapan putih kabut, pada benzaldehid pun terjadi hal yang sama tetapi masih
sedikit kurang bercampurnya antara benedict dengan benzaldehid, sedangkan pada
aseton tidak terjadi perubahan/ reaksi hal ini dikarenakan Reagen benedict
mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah, ion tersebut
dapat mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus keton
seperti halnya reagen Tollens.
Pengujian
reaksi formaldehid, aseton dan benzaldehid dengan reagen benedict, reagen
benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah, ion
tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi tidak dapat mengoksidasi
gugus keton.
Aldehid dan
keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar. Anggota
deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan aseton yang bersifat
larut dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat netral, suku-suku
dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak, tetapi yang
mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga dan di dalam
industri wangi-wangian.
VII.
Kesimpulan
- Formaldehid (aldehida) bereaksi dengan reagen Benedict membentuk endapan merah
bata Cu2O.
-
Aseton dan benzaldehida (keton) tidak bereaksi dengan benedict.
- Berat kristal iodoform yang diperoleh sebesar 0,23 gram.
VIII. Daftar Pustaka
Fesenden, J Ralp, dan Joan s. Fessenden. 2006. Kimia
Organik Jilid1.
Terjemahan Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Siti Nurbayti, M.Si.2011. Penuntun Praktikum Kimia
Organik I. Jakarta:UIN Jakarta
Petrucci,R.
H, 1999, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga, Jakarta.
Pine,
Stanley. H, 1988, Kimia Organik I, Penerbit ITB, Bandung.
Riawan, S,
1989, Kimia Organik, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Wilbraham,
A. C. dan Michael S, Matta, 1992, Pengantar Kimia Organik danHayati,
ITB, Bandung.
Lampiran
·
Pertanyaan
1.
Sebutkan fungsi aseton dan NaOCl
dalam kristalisasi iodoform ?
Fungsi aseton :
·
Untuk menghasilkan kristal iodoform.
·
Sebagai gugus metil yang dapat menghasilkan kristal iodoform.
Fungsi NaOCl :
·
Sebagai suasana basa dalam reaksi iodoform.
·
Sebagai oksidator, yang akan bereaksi dengan I2 membentuk NaOI ,kemudian akan
terurai menjadi NaI dan Onasen yang
memiliki sifat sebagai oksidator yang mengubah asetan menjadi triiodoaseton.
·
Sebagai nukleofil yang menyerang atom karbonil sehingga membentuk keton yang terhalogenasi dan ion CI3 yang
tidak stabil yang segeramembentuk CHI3 (iodoform).
2. Sebutkan komponen
dari reagent benedict ?
·
Natrium sitrat.
·
Natrium karbonat.
·
Kupri sulfat.
· Air
suling.
3. Jelaskan cara lain
untuk melakukan identifikasi terhadap senyawa aldehida dan dan keton ?
1. Uji Tollens
Mencuci satu tabung reaksi
dengan sabun dan sikat, dan cuci dengan air suling. Memasukkan 2ml larutan 5%
perak nitrat kemudian menambahkan 2 tetes larutan 5% natrium hidroksida dan
campur dengan baik. Kemudian menambahkan tetes demi tetes sambil dikocok
larutan 2% amonium hidroksida hanya secukupnya untuk melarutkan endapan.
Menyiapkan empat tabung reaksi
yang berisi reagen tollens. Kemudiam menguji benzaldehid, aseton,
sikloheksanon, dan formalin 2 tetes ke satu tabung 1 senyawa. Kemudian dikocok
beberapa menit. Jika tidak bereaksi dipanaskan (35-50)oC selama 5
menit. Selanjutnya melakukan pengamatan.
- Uji
Fehling dan Benedict
Menyiapka 4 tabung reaksi kemudian
masing-masing ditambahkan 5 mL reagen benedict atau 5 ml reagen Fehling yang
baru dibuat . masing-masing tabung reaksi menambahkan beberapa tetes bahan yaitu
formaldehid, n-heptaldehid, aseton dan sikloheksanon. Kemudian 4 tabung
dimasukkan kedalam air mendidih kemudian mengamati periubahannya setelah 10-15
menit.
- Adisi
bisulfit
Memasukkan 5 ml larutan jenuh natrium bisulfit ke
dalam erlenmeyer 50 mL dan mendinginkan larutan didalam air es. Kemudian
menambahkan 2,5 mL aseton tetes demi setetes sambil dikocok. Setelah 5
menit menambahkan 10 ml etanol untuk memulai penghabluran. Kemudian disaring
kemudian di tetesi HCl dan diamati apa yang terjadi.
4. Pengujian
dengan Fenilhidrasin
Memasukkan 5 ml fenil hidrasil
kedalam 2 tabung reaksi kemudian menambahkan 10 tetes pada tabung pertama
benzal dehid pada tabung ke-2sikloheksanon. Kemudian menutup dengan goncangan
dengan kuat selama 1-2 menit hingga menghablur. Selanjutnya menyaring fenil
hidrazon yang menghablur dengan sedikit air dingin.dan menghablurkan kembali
dengan sedikit metanol atau etanol dan di diaman hingga keering. Kemudian
mengukur titik lelehnya
5.
Reaksi Haloform
Memasukkan 5 tetes aseton ke dalam 3
ml larutan 5% natrium hidroksida, kemudian menambahkan larutan iodium sambil
menggoncangnya sampai warna iodium tidak hilang lagi. Kemudian menunggu
iodoform yang berwarna kuning mengendap dan mencium bau dan mencatat baunya.
6.
Kondensasi Aldol
Mereaksikan 4 ml larutan 1% NaOH
dengan 0,5 ml asetaldehid. Kemudian memasukkan ke dala ttabung reaksi,
menggoncang dengan baik
dicatat baunya (dari asetaldehid yang tidak bereaksi).
Kemudian mendidihkan campuran selama 3 menit dan dicatat baunya.